AbuBakar ash-Siddiq wafat pada hari senin tanggal 23 agustus 642 M. yang mana jenazah beliau di makamnkan dirumah Aisyah disamping makam nabi. Usia beliau 63 tahun ketika wafat, kekholifahannya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan dan 11 hari. [iv] B. Peran Dan Fungsi Abu Bakar Sebagai Khalifah DAFTAR ISI 1. Pengantar Sejarah Peradaban Islam a. Arti Sejarah, Peradaban dan Islam b. Diskursus Kebudayaan dan Peradaban c. Hubungan Al-Qur’an dan Hadits dengan Peradaban d. Metodologi Penulisan Sejarah 2. Peradaban Islam Rasulullah Periode Makkah 610 – 622 M a. Peradaban Arab Sebelum Islam b. Dakwah Makkah Nabi Muhammad c. Pembentukan Sistem Sosial di Makkah 3. Peradaban Islam Rasulullah Periode Makkah 622 – 632 M a. Arti Hijrah Nabi ke Madinah b. Dasar Berpolitik Negeri Madinah c. Piagam Madinah Darussalam dan Darul Islam 4. Periode Khulafaur Rasyidin 632 – 661 M a. Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya b. Abu Bakar 632 – 634 M c. Umar bin Khattab 634 – 644 M d. Utsman bin Affan 644 – 656 M e. Ali bin Abi Thalib 656 – 661 M f. Tipe Kepemimpinan Khalifah g. Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam 5. Dinasti Umayyah 661 – 750 M a. Pendirian Dinasti Umayyah b. Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah c. Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah d. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah 6. Dinasti Abbasiyyah 750 – 1258 M a. Pendirian Dinasti Abbasiyyah b. Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyyah c. Ekspansi Wilayah Dinasti Abbasiyyah d. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyyah 7. Islam di Andalusia Spanyol a. Sejarah Penguasaan Islam di Spanyol b. Kemajuan Peradaban Islam Spanyol c. Kemunduran Peradaban Islam Spanyol 8. Tiga Kerajaan Besar a. Turki Usmani hingga Mustafa Kemal 1300 – 1922 M b. Dinasti Safawi Persia hingga Khumaini 1501 – 1732 M c. Dinasti Mugal India hingga Terbentuknya Bangladesh 9. Peradaban Islam Asia Tenggara a. Sejarah Islam di Asia Tenggara b. Kemajuan Agama Islam Asia Tenggara c. Moderenisasi Islam Asia Tenggara 10. Peran Walisongo dalam Peradaban Islam Indonesia a. Walisongo dan Dakwah Islam b. Model Penyebaran Islam Walisongo c. Kemajuan Islam Periode Walisongo ContohPengertian Biografi Abu Bakar As Siddiq File - Berikut ini, kami dari Koleksi Data Laporan abu bakar ash-shiddiq dipilih menjadikhalifah.6 khalifah pengganti nabi muhammad saw.pendahuluan makalah abu bakar as-siddiq.sejarah politik islam pada masa abu bakar nabi muhammad dengan abu bakar.kekuatan
BAB II ABU BAKAR AS-SIDDIQ DAN KONSEP KHILAFAH A. PENDAHULUAN Peranan apakah yang dipilihkan Allah swt. untuk diperankan oleh Abu Bakar? Dari corak manakah kepemimpinan Abu Bakar …? Di saat fakunya masa kerasulan, Allah swt. bermaksud membangkitkan seorang Rasul untuk mengembalikan aqidah manusia kepada yang hakiki, serta mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada petunjuk, dari kesesatan kepada kebenaran….Dan ternyata pilihan-Nya itu adalah Muhammad bin Abdullah….Kepadanya diturunkan wahyu yang mulia untuk keselamatan hidup bagi seluru manusia…Inilah perarakan mulai yang diserahi tugas merubah kemanusiaan dan memperbahrui hati nurani, yaitu Muhammad serta wahyu-Nya alQuran . Namun rombongan itu seolah tertegun dan seakan-akan masih ada yang dinanti…. Ia menunggu seorang laki-laki yang akan bertindak sebagai pendamping. Laki-laki itu bukanlah seorang Nabi, namun ia akan melanjutkan peranan yang dipegang oleh Nabi . . . . Siapakah dia . . . ? Maka “Tampillah Abu Bakar” . . . . Dialah orang yang akan selalu mengatakan kepada Nabi tanpa ragu “Benarlah anda . . . . benar apa yang anda katakana itu!” Dialah laki-laki yang menemani Nabi di kala hijrah, walaupun ia tahu betul bahwa orang-orang Quraisy akan mengerahkan segala kekuatan mereka untuk melenyapkan Nabi . . . . , dan sudah barang tentu termasuk pengiringnya . . . . Dialah laki-laki yang pendiriannya di hari saqifah akan menentukan periode baru yang akan tercatat bagi Islam dan bagi kesatuan Umat Islam . . . . Dialah laki-laki yang akan mengambilkan kesadaran kaum Muslimin di saat seseorang tidak mempercayai wafatnya Rasullah . . . . Dialah tokoh pembasmi orang-orang yang memutar balikan agama . . . . , yang tanpa kehadirannya Islam akan memperlihatkan sejarah kemuraman . . . . Dialah laki-laki yang tampil menemani Rasullah saw . menjadi alat yang dipilih Allah untuk merubah dan membersihkan alam dunia serta meluruskan kehidupan penghuninya. Itulah peranan yang berada di atas pundak Abu Bakar selama ia berada di alam fana ini. Dan lembaran-lembaran buku ini akan senantiasa di penuhi oleh peranannya yang istimewa dan mulia itu . . . . Pemikiran seperti itu, walaupun kesimpulannya positif, namun tidak proforsional dan menentang fakta sejarah. Pertama Abu Bakar dan Umat tidak pernah menjadi pemimpin dictator walaupun sekejap. Kedua, istilah diktator, di mana pun dan kapan pun takkan relevan dipadankan dengan keadilan, sebagaimana api dengan air, karena keduanya merupakan dua kutub yang kontradiktif, yang keduanya tidak kenal kompromi. Dan apabila keduanya bersatu, maka sudah pasti salahsatunya akan tenggelam . . . . Abu Bakar dan Umar adalah dua orang pemimpin Umat yang tunduk dan taatn sepenuhnya kepada syari’at yang telah diturunkan oleh Allah swt, Mereka selalu menyediakan kesempatan bagi Kaum Muslimin untuk berunding dan menentukan pilihan. Sungguh, alQuran yang menjadi pedoman mereka bernegara penuh dengan ajaran-ajaran demokratis. Pertama ia menjadikan musyawarah sebagai suatu kewajiban 1…. bermusyawarahlah dengan mereka dalam setiap urusan…. orang-orang yang mendirikan shalat dan memusyawarahkan urusan mereka,sesama mereka…. 2 Kedu, al-Quran memberikan kebebasan kepada Umat manusia dalam menaati hokum-hukum-Nya….Mau beriman silakan….. tidak mau pun tidak akan merugikan_Nya. 3 Tidak ada paksaan memasuki agama Islam …. Memang al-Quran bukan peraturan yang disusun oleh manusia, atau tidak terbit dari kemauan manusia . . . Tapi, bukankah ia merupakan konstitusi yang dipercayai manusia . . . , bahkan Umat Isalm rela mati untuk membelanya? Demikian, maka yang menjadi tolok ukur untuk menilai pemerintahan kedua khalifah, tergantung kepada sejauh mana penghormatan mereka kepada Kitabullah yang diimani oleh Umat dan mereka terima sebagai undang-undangbagi kehidupan mereka . . . . Untuk mengukur sejauh mana penghormatan mereka terhadap Kitabullah . . . , kami takkan mendikte pembaca . . . . Baca sajalah perikehidupannya dalam buku ini. . .! Wahai Abu Bakar . . . . Wahai Khulafaur Rasul . . . . Wahai orang kedua dalam Islam setelah Rasul . . . . Andainya anda berkenan dengan tulisan ini, terimalah Maka terimalah persembahan ini . . . . ! “Tidak seorang pun yang saya tawari Islam, Kecuali ia menanggapinya secara ragu-ragu, Kecuali Abu Bakar . . . . ia langsung menerimanya tanpa bertangguh . ..“ Sabda Rasulullah saw. . B. KONSEP DASAR KHALIFAH Islam syiah percaya bahwa syariat Hukum Islam yang pokok-pokonya terdapat dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw.[1] Akan tetap berlaku sampai Hari Kiamat dan tidak dapat dan tidak akan pernah dapat diubah. Suatu pemerintahan yang benar-benar Islam, dengan dalih apa pun sama sekali tidak dapat menolak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban Syariat.[2] Satu-satunya tugas pemerintah Islam adalah mengambil keputusan dengan musyawarah dalam batas-batas yang ditentukan Syariat dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pembai’atan Abu Bakar di Saqifah, yang paling tidak, sebagian didorong oleh pertimbangan politik, dan peristwa yang di dalam hadis disebut tinta dan kertas,[3] yang terjadi pada masa akhir sakitnya Rasulullah saw., mengungkapkan fakta bahwa mereka yang memimpin dan mendukung gerakan pemilihan khalifah melalui pemilihan, percaya bahwa Al-Quran harus disajikan dalam bentuk konstitusi. Mereka mementingkan Al-Quran dan kuran menaruh perhatian pada sabda-sabda Rasulullah saw. Sebagai sumber yang tidak dapat diubah dalam ajaran Islam. Agaknya mereka menerima penyesuaian segi-segi tertentu dalam ajaran Islam mengenai pemerintahan untuk menyesuaikan dengan keadaan zaman dan demi kesejahteran umum. Kecendrungan untuk hanya mementingkan asas-asas tertentu dari Syariat telah diperkuat oleh beberapa ucapan yang disampaikan kemudian mengenai sahabat-sahabat Nabi. Misalnya, sahabat-sahabat itu dipandang sebagai ahli-ahli yang mempunyai otoritas bebas dalam masalah-masalah Hukum Islam mujtahid [4], yang dapat mengeluarkan keputusan yang bebas ijtihad dalam masalah-masalah kemasyarakatan. Juga dipercayai bahwa bila mereka berhasil dengan tugasnya, mereka akan memperoleh pahala dari Tuhan dan bila mereka gagal mereka akan diampuni oleh-Nya karena mereka adalah para sahabat. Pandangan ini secara luas diikuti selama masa awal sesudah wafatnya Rasulullah saw. Islam syiah bersifat lebih hati-hati dan percaya bahwa kelakuan para sahabat, sebagaimana Muslimin lainya, harus dinilai dengan tepat menurut syariat. Sebagai contoh, peristiwa pelik yang menyangkut jendral yang termasyhur, Khalid ibnu Walid, di rumah malik ibnu Nurwajrah, salah seorang Muslim terkemuka pada masa itu, yang menyebabkan kematian Malik. Kenyataan bahwa Khalid adalah pemimpin militer yang ternama,[5] dalam pandangan Islam Syiah memperlihatkan kelemahan yang tidak tepat terhadap sejumlah tindakan para sahabat yang berada di bahwa norma-norma ketakwaan dan kesalehan yang sempurna, yang diletakkan oleh tindakan elite kerohanian di kalangan sahabat. Praktek lain dari tahun-tahun permulaan yang dikencam oleh Islam Syiah adalah pemotongan Khums[6] dari anggota-anggota Ahlul Bait dan dari keluarga Rasulullah saw[7]., Demikian pula, karena Syiah menekankan pentingnya hadis dan sunah Rasulullah saw., sukar bagi mereka untuk mengerti mengapa penulisan hadis sama sekali dilarang, dan bahkan bila tulisan hadis ditemukan harus dibakar[8]. Kita tahu bahwa larangan itu berlangsung sejak kekhalifahan Khulafaur-Rasyidin[9] hingga [masa Umayyah[10]dan baru berhenti pada masa Umar ibnu Abdul Aziz, yang memerintah dari tahun 99 H./717 M. sampai tahun 101 H. /719 M.[11]. selama masa kholifah II 13/634-25/644 berlaku kebijaksanaan untuk menitikberatkan segi-segi tertentu dari syariat dan mengesampingkan beberapa praktek yang menurut kepercayaan kaum syi’ah diajarkan dan dijalankan oleh Rasulullah SAW. Beberapa praktek dilarang, beberapa praktek lagi dihilangkan dan beberapa lainnya ditambah. Sebagai contoh, haji tamattu’ satu jenis dari haji dimana upacara umrah dilakukan sebagai ganti ibadah haji telah dilarang oleh Umar pada masa kekholifahan, dengan perintah untuk merajam dengan batu bagi para pelanggar. Ini mengabaikan kenyataan bahwa selama haji terakhir, Rasulullah SAW melembagakan sesuai denagan Al-Qur’an, surah 2196, suatu bentuk khusus untuk upacara haji yang boleh dilakukan olehj penziarah-penziarah yang dating dari jauh. Juga pada masa hidup Rasulullah SAW perkawinan mut’ah C. PROSES PEMBENTUKAN KHOLIFAH Abu Bakar, putra Abu Quhafah, adalah Khalifah pertama setelah wafatnya Nabi. Ada perbedaan pendapat mengenai namanya, Abdullah atau Atiq. Nampaknya, mereka bersikukuh bahwa namanya adalah Abdullah tetapi ia biasa dipangil Atiq. Dia berasal dari suku Bani Taim, salah satu suku bangsa Quraisy. Selama zaman jahiliah, suku ini tidak memiliki kelebihan khusus di antara suku-suku yang lain. Sebuah bukti kuat untuk klaim ini adalah pernyataan Abu Sufyan ketika Abu Bakar mulai berkuasa. Silsilahnya, dan keduanya sepakat bahwa Bani Taim adalah salah satu suku yang paling lemah dari suku Quraisy. Dalam kesempatan lain, Abu Bakar bertanya kepada Qais bin Ashim mengapa ia menguburkan anak perempuannya hidup-hidup. Dia menjawab, “Agar mereka tidak melahirkan orang-orang seperti kamu.” Ada juga pandangan yang berbeda-beda tentang pekerjaannya di zaman jahiliah. Mereka yang ingin menisbahkan suatu posisi yang tinggi kepadanya di zaman jahiliah mengatakan ia adalah seorang pedagang. Di sisi lain, ada dokumen-dokumen yangmenyatakan bahwa ia memiliki pekerjaan-pekerjaan rendah seperti memerah susu, dan yang lain menyatakan bahwa Abu Bakar mengalami masalah keuangan dan merupakan seorang guru di zaman jahiliah, dan kemudian menjadi seorang penjahit setelah datangnya Islam. Dia dua tahun lebih muda daripada Nabi Islam. Dia diyakini sebagai salah satu pemeluk Islam yang pertama, walaupun ada pemikiran-pemikiran yang bertentangan tentang apakah ia itu termasuk Muslim yang pertama atau lima puluh Muslim pertama sebagaimana disebutkan dalam sebuah kutipan. Pandangan-pandangan semacam itu tentangnya, yang merupakan khalifah pertama, adalah hal yang lazim. Kita belum pernah mendengar tentang tekanan kesulitan khusus apapun yang mungkin dihadapinya di tahun-tahun pertama diserukannya Islam di Mekkah. Dia tidak menyertai kaum Muhajirin ke Abyssinia, Tetapi ia menemukan sebuah kesempatan untuk bersama-sama dengan Nabi saw pada malam Hijrah. Menurut pem-bahasan kita mengenai Hijrah, setelah Nabi meninggalkan rumah, Abu Bakar pergi menemui Imam Ali as dan ketika mengetahui bahwa Nabi Muhammad saw telah pergi, maka dia pun pergi dan menyertainya. Hubungan Abu Bakar dengan Nabi saw semakin kuat setelah perkawinan Nabi dengan Aisyah. Aisyah adalah seorang perempuan pandai yang berusaha untuk memiliki sebuah peran dalam semua perkembangan politis di masanya. Hal ini cukup membantu untuk memperkuat posisi Abu Bakar. Kita telah mengatakan sebelumnya bahAva Imam Ali as yakin bahwa Aisyah memainkan peran kunci dalam seluruh ibadah-ibadah Abu Bakar. Abu Bakar tidak memiliki tanggungjawab politis atau militer apapun selama sepuluh tahun masa tinggalnya di Madinah,, tetapi ia bisa memperoleh kekuasaan dengan memahami situasi sayap-sayap internal dalam suku Quraisy dan memanfaatkan rasa permusuhan suku Quraisy ter-hadap Imam Ali as maupun kerja sama sayap-sayap tengah suku Quraisy, yakni mereka yang tidak termasuk di antara Bani Umayah ataupun Bani Hasyim. Abu Bakar memperoleh kesempatan yang sangat penting. Ketika ia mengambil alih kekuasaan, sebuah gelombang kemurtadan dan perlawanan terhadap Islam meliputi Hijaz. Seluruh umat Islam menyaksikan prinsip Islam dalam bahaya, dan menyadari bahwa menentang Abu Bakar bukanlah kepentingan mereka Menarik untuk diketahui bahwa segera setelah Abu Bakar memegang kekuasaan, perpecahan muncul di antara kaum Anshar dan kaum Quraisy gara-gara syair kasar yang dibuat Abu Bakar tentang kaum Anshar. Setelah itu, kaum Anshar tetap menjaga jarak dengan Abu Bakar, dan Amr bin Ash, yang didorong oleh kaum Quraisy berbicara menentang mereka. Di sisi lain, Fadhl bin Abbas dan kemudian Imam Ali as memuji kaum Anshar. Hasan bin Tsabit menuliskan syair untuk memuji Imam Ali as atas dukungannya kepada kaum Anshar, dan secara tersirat merujuk kepada upaya-upaya beberapa lelaki suku Quraisy yang ingin mengambil alih kedudukan Imam Ali. Namun demikian, ketika oposisi semakin memuncak, perhatian kaum Anshar beralih pada orang-orang yang mengaku-ngaku kenabian dan kemurtadan-kemurtadan lain. Tentang Abu Bakar, kita harus mengakui bahwa ia memiliki bahasa yang persuasif, dan kita yakin bahwa sikap bungkamnya di Saqifah lebih efektif daripada kata-kata kasar Umar, walaupun keduanya saling melengkapi. Kemudian hari, Abu Bakar pernah menunjuk lidahnya dan berkata, “Inilah yang membantuku untuk mencapai kedudukan ini.” Abu Bakar mengatakannya berulang-ulang bahwa ada beberapa orang yang lebih berhak atas khilafah daripada dirinya. Setelah orang-orang bersumpah setia kepadanya, dia berkata dalam sebuah khotbah, “Aku mengambil alih kepemimpinan atas kalian, sedangkan aku tak lebih baik dari kalian. Hubungan Abu Bakar dengan Nabi saw semakin kuat saja setelah Nabi menikah dengan Aisyah. Abu Bakar memperoleh peluang yang besar. Ketika dia menjadi khalifah, gelombang kemurtadan dan penentangan terhadap Islam melanda Hijaz, dan setiap Muslim yang merasa prinsip Islam tengah terancam menyadari bahwa mereka tidak merasa berkepentingan untuk menentang Abu Bakar. Abu Bakar memperkenalkan pemerintahannya sebagai “Khilafah Kenabian” untuk menunjukkan aspek religius dari khilafahnya. Dia menganggap kepemimpinannya itu bukan sebagai seorang khalifah Tuhan, tetapi merupakan penerus bagi Nabi saw dan menyebut dirinya sendiri sebagai “Khalifah Rasul Allah” D. KHALIFAH ABU BAKAR AS SIDDIQ Abu Bakar temasuk seorang laki-laki yang pertama kali masuk Islam, selain seorang sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah sebelum dan sesudah kenabiannya. Dia digelari al-Shiddiq karena senantiasa membenarkan shaddaqa semua hal yang dibawa oleh Muhammad, atau karena dia tidak pernah berkata kecuali yang benar. Abu Bakar juga merupakan mertua Nabi saw. Karena putrinya, Aisyah, dinikahi Nabi. Nabi pernah mengutusnya memimpin kaum Muslim melakukan ibadah haji sebagai penggantinya pada tahun ke Sembilan Hijriyah. Dia juga perna mengganti kedudukan Nabi menjadi imam shalat ketika Nabi sakit. Itulah antara lain yang mendorong Kaum Muslim memilihnya sebagai khalifah setelah Rasulullah saw. Wafat. Dialah khalfah pertama di antara para al-Khulafa’al-Rasyidun. Sebelum masuk Islam, Abu Bakar adalah seorang pedagang. Setelah masuk Islam, dia begitu cepat menjadi anggota yang paling menonjol dalam jamaah Islam setelah Nabi. Dia terkenal karena keteguhan pendirian, kekuatan iman, kesetiaan, dan kebijakan pendapatnya. Kalaupun dia diangkat sebagai panglima perang oleh Nabi bin Abi Thalib dalam memimpin peperangan hal itu barang kali disebabkan Nabi menghendaki agar Abu Bakar mendampinginya untuk bertukar pendapat berunding . Kebijakan dan keteguahannya tampak pada hari-hari yang sangat kritis sepeninggal Rasulullah saw. Ketika sebagian orang antara lain umar tidak percaya bahwa Nabi telah wafat, Abu Bakar membenarkannya. Abu Bakar pada saat itu menyampaikan khotbahnya yang sangat terkenal. Isinya antara lain, “Ketahuilah, siapa yang menyembah Muhammad, makah sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Dan barang siapa menyembah Allah, maka sesunggunya Allah Mahahidup, tidak mati.” Abu Bakar mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya dakwahnya hanyalah untuk Allah semata untuk melaksanakan syariat-Nya, dan untuk mengEsakan-Nya. Sedangkan Rasulullah adalah seorang manusia yang memberi peringatan dan kabar gembira kalaupun Rasulullah wafat, ajarannya yang dibawa tidak akan mati, Tatkala para Muhajirin dan Anshar bertikai mengenai pengganti Rasullah SAW, pertikaian itu hampir saja menyulut pembunuhan dan perpecahan diantara mereka, peran Abu Bakar sangat besar dalam meredakan kekawatiran kaum Anshar terhadap tindakan semena-mena kaum Muhajirin. Dia berhasil mendamaikan mereka agar tetap hidup bersatu, menyingkirkan perpecahan dan permusuhan demi tegaknya agama islan. Ketika sebagian kabilah bangsa Arab enggan mengeluarkan zakat, dua minggu setelah dirinya di angkat sebagai khalifah, Abu Bakar berpendapat bahwa orang yang tidak mau mengeluarkan zakat itu murtad. Karena, barang siapa mengingkari zakat sebagai rukun islam, hal itru akan berlanjut kepada pengingkaran yang lebih besar. Oleh karena itu,Abu Bakar merencanakan peperangan terhadap mereka meskipun sebagian dsahabat menyatakan bahwea mreka tidak memiliki kekuatan untukl itu, bahkan menakuti Abu Bakar bahwa jumlah musuh lebih banyak sehingga setan akan menungganginya sebagaimana layaknya dia menaiki tunggangan. “Demi ALLAH, jika mereka mencegahku untuk itu, aku akan tetap memerangi mereka, aku akan meminta pertolongan kepada Allah. Karena, sesungguhnya Dia sebagai penolong,”tekad Abu Bakar. Betapa banyak golongan yang jumlahnya sedikit tetapi mereka mampu mengalahkan golongan yang jumlahnya banyak dengan izin Allah. Dan Allah akan beserta orang-orang yang sabar. QS. 2249 Ketika banyak orang kembali kepada kepercayaannya semula setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, dan muncul beberapa orang yang mengaku sebagai Nabi, dengan segera Abu Bakar mengirim pasukan perang untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Apabila mereka enggan menerima ajakan itu, pasukan perang itu akan menyerang mereka dan tidak menerima siapapun kecuali dia telah masuk islam, dengan tindakan ini, Khalifah yang selalu dikenal dengan sifat kasih saying dan kelembutannya, kini menampakkan keberanian, kekerasan,kemauan yang dahsyat, agar kelemahan tidak merasuk dalam jiwa kaum muslimin. Negara baru yang masih sangat muda usianya telah menghadapi kendala berat yang hampir melemahkan dan membunuhnya. Dengan kebijakannya, Abu Bakar menyadari bahwa kebijakannya jika islam hendak disebarkan diantara kabilah-kabilah bangsa Arab,dia harus mengerahkan pasukannya untuk membuka daerah baru. Karena itu, pada masa kekhalifahannya dimulailah ekspedisi pasukan islam secara besar besaran. Dia mengutus pasukan yang dipimpin oleh Khalid Bin Al Walid dan Mustasannah Bin Haritsah ke Irak beserta Yazid Bin Abu Sufyan, Syurahbil Bin Hasanah, dan Amr Bin Ash ke Syam. Abu Bakar meninggal dunia pada saat berkecamukanya perang yarmuk yang berlangsung selama tiga bulan dengan kemenangan di tangan kaum Muslim atas bangsa Romawi Akan kembali bertikai dan bertengkar mengenai pengganti dirinya sebagai khalifah, masa sebelum wafat dia telah menetapkan Umar bin al-Khathab sebagain Khalifah kaum Muslim setelah dirinya. Selama hayat hingga masa-masa menjadi khalifah, Abu Bakar dapat dijadakan sebagai teladan dalam kesederhanaan, kerendahan hati, kehati-hatian,dan kelemah lembutan pada saat dia kaya dan memiliki jabatan yang tinggi. Dengan sikap seperti itu, dia mendapat penghormatan dann kepercyaan dari kaum muslim. Sejarah akan tetap mengenangnya karena dia juga menjadi “penyambung lidah“ nabi. Selain itu, pada masa kekhalifahannya,tidak lebih dari dua tahun,dia mampu menegakkan tiang-tiang Islam, termasuk di luar jazirah Arabia yang lebih luas. Dia dapat dikategorikan sebagai crang yang memulai babak baru dalam mendirikan imperium Arabia. Thabari dan ibnu Atsir mengatakan bahwa kaum Anshar atau sejumlah orang Anshar yang hadir di Shaqifah menyebutkan mereka hanya berbaiat kepada Ali saja.[10]. Menurut Ibnu Qutaibah, Hubab bin Mundzir mencabut pedang dari sarungnya ketika tahu kaum Anshar berbaiat namun disisi lain merusak kekuatannya. Di hadapan kaum Anshar dia mengatakan,”lihat dulu perkembangan,apakah anak anak kalian akan merengek meminta semangkuk air dan sepotong roti di pintu pintu orang quraisy.”[11] Rasulullah adalah seorang manusia yang member peringantan dan kabar gembira. Ketika Sebagian kabilah bangsa Arab enggan mengeluarkan zakat Abu Bakar berpendapat bahwa orang yang tidak mau mengeluarkan zakat itu murtad. Abu bakar dan Umar adalah Abu bakar memiliki hubungan keluarga dengan Nabi SAW. Selain factor hubungan keluarga, juga ada faktor lain,yaitu usia. Di hadapan kaum Anshar mereka mengatakan “Bangsa Arab hanya mau menerima Ras Quraisy ini saja.”[12] Bangsa Arab tak akan pernah mau kalau kenabian dipegang oleh satu keluarga, sementara kekhalifahan dipegang keluarga lain.”[13] Di Saqifah Abu bakar mengatakan “kami ini dari kaum Quraisy, sementara para imam adalah dari kami” [14]. Kemudian,ketika imam Ali mengatakan keberatannya kepada Abu bakar dan Umar tentang sikap mereka yang mengandalkan “hubungan keluarga” padahal imam Ali lebih dekat hubungan keluarganyadengan Nabi saw, Umar berkata, “Orang Arab tak mau kalau kenabian dan kekhalifahan ada di satu keluarga “[15] kenabian merupakan bagian dari kalian, karena itu biarlah kekhalifahan menjadi bagian dari keluarga ini !” Tak syak lagi, setelah peristiwa saqifah, yang msncegah baiat kepada Ali, meletuslah konflik suku, dan pada akhirnya kaum quraisy mengembangkan “keunggulan sukunya” demi memanfaatkan konflik-konflik internal kaum Anshar dan untuk bisa merebut kekholifahan sekalipun di Madinah pengaruh mereka terbatas. Para pengikut Abu Bakar menganggap usia Abu Bakar sebagai ukuran pada saat Imam. Abu Bakar meninggal dunia pada saat berkecamukanya perang yarmuk yang berlangsung selama tiga bulan dengan kemenangan di tangan kaum Muslim atas bangsa Romawi Akan kembali bertikai dan bertengkar mengenai pengganti dirinya sebagai khalifah, masa sebelum wafat dia telah menetapkan Umar bin al-Khathab sebagain Khalifah kaum Muslim setelah dirinya. E. MASALAH POLITIK KHALIFAH ABU BAKAR AS-SHIDIQ Setelah Mekah jatuh ke tangan kaum Muslim, Nabi saw pun beberapa lama kemudian wafat. Kaum Anshar merasa cemas dan prihatin membayangkan berbagai problem dan masa depan mereka menyusul kewafatan Nabi saw. Di antara beberapa sahabat besar Nabi saw seperti Zubair dan Thalhah memandang Abu Bakar bukan sebagai orang yang tepat untuk mengemban kekuasaan. Karena itu metode atau kualifikasi yang dapat diterima untuk penunjukan Abu Bakar tak lain adalah metode atau kualifikasi hubungan keluarga Abu Bakar dengan Nabi saw,”keunggulan suku Quraisy dan kriteria suku. Sebagaian orang percaya bahwa pencantuman syarat harus keturunan Quraisy dalam fiqih politik suni terjadi sejak abad ketiga. Di Saqifah, ukuran satu-satunya adalah harus dari suku Quraisy dan usia Abu Bakar Ukuran inilah, di samping juga karena konflik politik yang terjadi, yang membawa Abu Bakar menjadi khalifah. Kekhalifahan Sepeninggal Nabi Saw Abu Bakar adalah putra Abu Quhafah. Dia khalifah pertama setelah Nabi saw wafat. Ada perbedaan pendapat tentang namanya Abdullah atau Atiq. Nampaknya pendapat-pendapat itu bersikukuh menye¬butkan bahwa namanya adalah Abdullah namun dia suka dipanggil Atiq. Dia berasal dari suku Bani Taim, salah satu suku Quraisy. Di zaman Jahiliyah, di antara suku-suku lainnya, suku ini biasa-biasa saja posisi atau reputasinya. Bukti kuatnya adalah pemyataan Abu Sufyan ketika Abu Bakar memegang pucuk kepemimpinan umat .sebagai khalifah. Wafatnya Nabi Muhammad saw. membawa masyarakat muslim yang masih bayi itu kepada suasana yang berwujud krisis konstitusional. Hal ini disebabkan karena Nabi tidak menunjuk penggantinya bahkan tidak pula membentuk suatu dewan menurut garis-garis majelis suku yang mungkin bisa melaksanakan kekuasaan hingga Nabi wafat. Karena itu, golongan Muhajirin dan Anshar bersaing, masing-masing merasa diri berhak menjadi khalifah pengganti Nabi. Fanatisme ini sempat mengancam kesatuan Islam yang baru saja terbentuk. Masalah suksesi mengakibatkan suasana politik umat Islam menjadi tegang. Padahal semasa hidupnya Nabi Muhammad bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan yang kokoh di antara semua pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dilambatkannya pemakaman jenazah Nabi menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi itu. Pada saat itu, masyarakat Anshar menyelenggarakan musyawarah di gedung pertemuan bani Sa’idah untuk mengangkat khalifah dari kalangan mereka sendiri. Mereka semula sepakat memilih Sa’id ibn Ubaidillah. Sedang Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena ia dipandang yang paling layak untuk menggantikan Nabi. Selain itu, terdapat pula kelompok orang-orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena menurut mereka Nabi telah menunjuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, karena Ali adalah menantu dan kerabat Nabi. Namun demikian, kemungkinan terpilihnya Ali sangat tipis karena berbagai macam pertimbangan, antara lain bahwa setelah Rasulullah wafat banyak sahabat menghendaki supaya khalifah tidak diserahkan kepada Ali karena umurnya yang masih muda. Kondisi tersebut membawa suasana politik umat Islam semakin runyam, karena masing-masing golongan merasa diri paling berhak menjadi khalifah penerus Nabi. Pada saat itu, umat nyaris di pinggir jurang perpecahan. Suasana politik semacam itu masih logis, karena masing-masing pihak punya alasan. Kaum Anshar menuntut, bahwa mereka adalah orang pertama memberi tempat dan posisi pada saat krisis yang gawat. Oleh sebab itu, seorang khalifah pengganti Nabi haruslah dipilih dari kalangan mereka. Demikian pula kaum Muhajirin menuntut bahwa Abu Bakar adalah seorang yang terbaik untuk menggantikan Nabi, sebab sebelum wafatnya Nabi sering menugaskan Abu Bakar untuk menggantikan beliau menjadi imam shalat jama’ah dan tugas-tugas tertentu. Golongan yang menghendaki agar Ali yang mengganti Nabi beralasan bahwa Ali adalah generasi muda yang pertama masuk Islam, ia adalah sepupu dan menantu Nabi. Dalam proses selanjutnya, setelah Abu Bakar mendengar informasi bahwa golongan Anshar mengadakan musyawarah untuk mengangkat Sa’id bin Ubâdah menjadi khalifah pengganti Nabi, lalu Abu Bakar bersama Umar berangkat ke tempat tersebut. Dalam pertemuan itu, seorang dari golongan Anshar berdiri berpidato “Kami adalah Anshârullah dan pasukan Islam, dan kalian dari kalangan Muhâjirin sekelompok kecil dari kami. Ternyata kalian mau menggabungkan kami dan mengambil hak kami serta mau memaksa kami”. Mendengarkan perkataan itu, dengan bijaksana Abu Bakar berkata “Sesungguhnya perjuangan kaum Anshar dalam perjuangan Islam tidak ada bandingannya. Tetapi sungguhpun demikian seluruh masyarakat Arabiyah mengetahui bahwa tidak ada penguasa Arab yang paling disegani melainkan dari kalangan Quraisy.” Lalu orang Anshar itu berkata “Kalau begitu pilihlah seorang pemimpin dari golongan kamu, dan kami akan menetapkan pemimpin dari golongan kami sendiri.” Menanggapi usulan tersebut, Umar segera berkata tegas “Ingatlah bahwa dua pimpinan tidak akan dapat berkuasa dalam waktu yang bersamaan. Karena itu hendaklah kamu sekalian memilih di antara Umar dan Abu Ubaidah sebagai khalifah.” Namun kedua tokoh yang diusulkan tersebut menolak sambil berkata “Tidak! Kami tidak mempunyai kelebihan dari kamu sekalian dalam urusan ini”. Dalam situasi musyawarah yang semakin kritis, Umar memegang tangan Abu Bakar dan mengangkatnya, seraya menyampaikan sumpah setia kepadanya dan membaiatnya sebagai khalifah. Sikap Umar tersebut diikuti oleh Abu Ubaidah dan tokoh-tokoh Anshar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka semua menyatakan kerelaanya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, yakni sebagai pemegang tampuk kepemimpinan umat Islam yang semula dijabat oleh Nabi. Dengan demikian, krisis kesatuan dan solidaritas Islam terselesaikan. Akhirnya, setelah Abu Bakar resmi diangkat jadi khalifah, beliau berpidato “Wahai manusia, aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal bukanlah aku orang yang terbaik di antaramu. Maka jika aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka luruskanlah. Orang yang kamu anggap kuat aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak daripadanya. Sedang orang yang kamu pandang lemah aku pandang kuat, sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tidak mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mentaatiku”. Pidato politik yang pertama disampaikan Abu Bakar ini mencerminkan kebijaksanaan politiknya. Pidato tersebut berisi prinsip-prinsip kekuasaan demokratis, bukan kekuasaan otoriter, seorang khalifah wajib menjalankan pemerintahan sesuai dengan Islam dan wajib mempertanggungjawabkan segala kebijaksanaannya kepada rakyat dan kepada Allah swt. Upaya-upaya yang dilakukan Abu Bakar. Kebijaksanaan politik Abu Bakar tercermin dalam upaya-upaya yang dilakukannya. Upaya–upaya tersebut antara lain 1. Memerangi kaum Murtad . Peristiwa kaum Murtad ini biasa dikenal dengan istilah “al-riddah”, yang berarti kemurtadan, atau beralih agama dari Islam kepada kepercayaan semula. Secara politis merupakan pembangkangan terhadap lembaga kekhalifahan. Gerakan ini muncul sebagai salah satu akibat dari kewafatan Nabi. Mereka melepaskan kesetiaan kepada khalifah, bahkan menentang agama Islam, karena mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya batal disebabkan kewafatannya. Gerakan mereka itu dianggap sangat mengancam stabilitas keamanan wilayah dan kekuasaan Islam. Karena itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan gerakan tersebut. Semula hal itu dimaksudkan sebagai tekanan untuk mengajak mereka kembali kepada jalan yang benar, lalu berkembang menjadi perang merebut kemenangan. Gerakan penumpasan orang-orang murtad dan para pembangkang ternyata banyak menyita konsentrasi khalifah, baik secara moral maupun secara politis. Stabilitas keamanan Madinah pada saat itu terganggu. Namun berkat kesucian tekad khalifah dan segenap kaum Muslimin, akhirnya hal tersebut dapat teratasi. 2. Gerakan penumpasan nabi-nabi palsu. Rupanya gerakan Nabi-nabi palsu telah ada disaat Nabi masih hidup, yaitu muncul di wilayah Arab bagian selatan. Yang pertama mengaku diri memegang peranan kenabian muncul di Yaman, yaitu Aswad al-Ansi. Kemudian menyusul Musailamah al-Kazzab yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad telah mengangkatnya sebagai mitra di dalam kenabian. Selain itu adalah Tulaihah dan Sijjah ibn Haris, seorang wanita dari Arabiyah tengah. Semua gerakan tersebut adalah merupakan ancaman bagi umat Islam dan sekaligus bertentangan dengan keyakinan Islam bahwa tidak ada lagi Nabi sesudah Muhammad saw. 3. Gerakan terhadap orang-orang yang enggan membayar zakat. Setelah Nabi wafat, banyak orang yang enggan membayar zakat, karena mereka mengira bahwa zakat adalah serupa pajak yang penyerahannya kepada perbendaharaan pusat di Madinah, sama artinya dengan penurunan kekuasaan. Suatu sikap yang tidak disukai oleh suku-suku Arab, karena bertentangan dengan karakter mereka yang independen. Alasan lain, karena kesalahan memahami ayat QS. 9103. Mereka menduga bahwa hanya Nabi saja yang berhak memungut zakat, karena itu kesalahan seseorang dapat dihapuskan dan dibersihkan. Jadi gerakan ini sebenarnya bertujuan untuk mengembalikan seseorang kepada kesucian dan kebenaran. Semua gerakan tersebut di atas merupakan program utama khalifah Abu Bakar karena beliau sadari bahwa gerakan mereka itu adalah ancaman dan sekaligus merupakan hambatan terhadap eksisnya Islam di Jazirah Arab masa itu. 4. Upaya ekspansi wilayah Setelah Abu Bakar mengadakan pembersihan pemberontakan dalam negeri, maka beliau mengarahkan perhatiannya kepada ekspansi ke luar sebagai lanjutan perjuangan masa Rasulullah. Ekspansi yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar dimulai dengan pengiriman ekspedisi di bawah pimpinan Usamah bin Zaid ke perbatasan Suriah untuk membalas pembunuhan Zaid, ayah Usamah, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mu’tah. Pengiriman ekspedisi ini dianggap oleh khalifah suatu hal yang sangat penting artinya, namun banyak anggota majlis syura’ yang setuju untuk menunda pengiriman ekspedisi itu. Tetapi Abu Bakar dengan tegas menolak kehendak menunda pengiriman itu. Keberanian Abu Bakar untuk melanjutkan ekspedisi berhasil meyakinkan orang-orang Badui mengenai keadaan kekuatan Islam dalam negeri. Setelah ekspansi tersebut, Abu Bakar mengirim lagi kekuatan perangnya ke luar Arabiah, yaitu Khalid bin Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Suriah dikirim tentara di bawah pimpinan tiga panglima, yaitu Amr bin al-Ash, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil ibn Hasan. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid kemudian diperintahkan meninggalkan Iraq menuju ke Suriah. Semua pasukan yang dikirim ke luar berhasil membawa kemenangan dengan gemilang. Keberhasilan itu tidak terlepas dari system yang digunakan khalifah. Nampaknya kekuasaan yang digunakan oleh khalifah Abu Bakar, seperti kekuasaan pada masa Rasulullah saw. bersifat sentral. Kekuasaan legislative, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hokum. Namun demikian, seperti juga di masa Nabi Muhammad saw. Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya bermusyawarah. Suatu hal yang perlu diperhatikan terhadap keberhasilan Abu Bakar dalam memperjuangkan Islam yaitu selain tekad niat suci dan kesungguhannya, juga adalah berkat kearifan beliau dalam menangani suatu kasus. Abu Bakar sebagai khalifah memperjuangkan Islam hanya kurang lebih dua tahun, akhirnya beliau berpulang ke rahmatullah dalam usia 63 tahun, yaitu pada hari senin 23 Agustus 634 M. Waktu yang relatif singkat ini benar-benar dimanfaatkannya secara efektif, sehingga beliau berhasil mengangkat Islam dari suasana kacau menjadi suasana damai. Dan suksesi kekhilâfahan kedua di tangan Umar bin Khattab. F. KESIMPULAN Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As-Siddiq * Jangan sesekali engkau katakan bahwa generasi setelah Rosulullah SAW adalah generasi yang mendapat petunjuk karena hanya berkuasa selama 2 tahun. Itu pun, dalam masa itu beliau lebih sibuk untuk memerangi meraka yang murtad. * Abu Bakar adalah pemerintahan pertama yang mengobarkan peperangan dan memepersenjatai bala tentara untuk membel hak-hak kaum kafir yang lemah. Dalam hal ini Abu Bakar sangat di kenal dengan sebuah ungkapannya sekaligus yang menjadi komitmennya ”Demi Allah jika mereka tidak mau membayar zakat dari harta yang mampu mereka bayar , padahal dahulu mereka membayarkannya kepada Rasulullah SAW. Maka niscaya aku akan memerangi mereka , karenanya. * Abu Bakarlah yang memulai penakhlukan dan perluasan islam pada masanya,islam mampu menakhlukan Persia dan Romawi, bahkan beliau meniggal saat perang yarmuk melawan imperium Romawi. Dalam setiap peperangan yang diperintahkanya beliau selalu menanamkan nilai-nilai etika yang bersandar dengan Al-Qur’an dan as-sunnah. Beliau mewasiatkan pada prajuritnya ” janganlah sekali-kali membunuh pendeta biarlah mereka melaksanakan peribadatan sesuai keyakinan mereka.Dr. Yusuf Qardawi Meluruskan Sejerah Umat Islam *Konsep dasar khalifah Secara teknis Al-Khulafa’al Rasyidin berasal dari riwayat yang disandarkan kepada Muhammad SAW dalam Riwayat tersebut dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda ” Ummatku akan terpecah pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan di tempatkan di Neraka,kecuali satu golongan, apa yang satu golongan itu?,tanya seorang sahabat, Nabi SAW menjawab “kelompok Ahlussunnah wal jamaa’ah”, sahabat bertanya lagi “siapa mereka?” Nabi SAW menjawab”mereka taat pada sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin” Menurut Syi’ah kekhalifahan adalah warisan terhadap Ali dan kerabatnya, bukan pemilihan sebagaimana terjadi pada Abu Bakar. Terlepas dari perbedaan interpretasi tersebut, dapat disimpulkanbahwa konsep kekhalifahan adalah produk budaya dibidang politik yang orisinil dari peradaban Islam. Sebab ketika itu tidak ada lembaga manapun yang memakai konsep kekhalifahan. Menurut Fachruddin, Abu Bakar terpilih untuk memimpim kaum Muslimin setelah Rasulullah disebabkan beberapa hal 1. Dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya. 2. Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah. 3. Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As–Siddiq, orang yang sangat 4. dipercaya. 5. Seorang yang dermawan. 6. Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Imam Shalat 7. jama’ah. 8. Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam G. DAFTAR PUSTAKA 1. Sejarah kekhalifan 11-35 H Peng rasul ja’fariyan Buku Al huda , 2006 2. Mengenal pola kepemimpinan umat dari karakteristik peri hidup khalifah rasululloh Peng . muh kholid cv. diponegoro bandung 3. Khazanah peradaban islam Pen. Mustafa Pustaka hadaratina bandung 4. Sejarah islam Pen. A . Ebra himi 5. Seratus tokoh dalam sejarah islam Husaya ahmad amin . PT remaja rosdokarya – bandung 6. Meluruskan sejarah umat islam Peng. Yusuf qordhawi 7. Sejarah peradaban islam Drs. Budi yatim . , Pt. raja grafindo persada 8. Islam Syiah Alamah Thabata Ba’a 9. Dua tokoh besar dalam sejarah islam Abu bakar dan Umar Oleh taha Husain , pustaka jaya 10. Dinasti –dinasti islam Oleh booswort Penerbit Mizan 11. Sejarah peradaban islam Oleh Dr. jaih Mubarok. M Ag Pustaka bani quraisy ” Dosen MK Fuad,

Makalahini akan mengkaji tentang perdaban Islam pada masa pemerintahan dua Khalifah rasyidah tersebut. II. Abu Bakar Khalifah Rasyidah Pertama (632-634 M/11-13 H) Abu Bakar as-Shiddiq dilahirkan di kota Mekkah pada tahun 573 M, kira-kira dua tahun setelah kelahiran nabi Muhammad SAW.

MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAMKHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQDISUSUN OLEH AFIVAH RAMADHANY KAUNEKELAS VII-5MTsN 1 MAKASSAR1KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyapenyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang mana pembuatanmakalah ini bertujuan memberikan sedikit dari luasnya pembahasan SejarahKebudayaan Islam. Dan kali ini saya membahas tentang sahabat Nabi yaitu AbuBakar Ash-Shiddiq. Dalam makalah ini dipaparkan kehidupan beliau saat bersamaRasulullah dan saat beliau menjadi Khalifah yang pertama umat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapatkekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan baik dosenmaupun rekan-rekan sekalian guna menjadikan makalah ini lebih baik 19 January 2018Penulis2DAFTAR ISIKATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………01DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………….02BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………. II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………… Abu Bakar ash-Siddiq? saja Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah? saja yang menjadi faktor terpilihnya Abu Bakar ash-Siddiq menjadikhalifah pertama? peran Abu Bakar menyelamatkan Islam dalam kedudukannyasebagai khalifah? kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-ShiddiqBAB III PENUTUPKESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………….153BAB BELAKANGAbu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah, beliaumenggantikan Rasul sebagai pemimpin umat Islam bukan sebagai pengganti ke-Rasulannya. Abu bakar adalah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah,sehingga semua yang disampaikan Rasulullah selalu dibenarkan oleh Abu Bakarsecara tegas dan mantap tanpa keragu-raguan. Abu Bakar juga senantiasa menemaniRasulullah dalam berdakwah dan membantu segala keperluan dalam khalifah pertama, Abu Bakar memiliki tanggung jawab besar dalammenyelamatkan Islam sepeninggal Rasulullah. Yang mana sepeninggal Rasulullahbanyak umat yang melenceng dari ajaran yang telah diajarkan Rasulullahsebelumnya. Abu bakar juga meneruskan perjuangan Rasulullah dalam menegakkanpanji-panji Abu Bakar ash-Siddiq?Want to read all 17 pages?Previewing 5 of 17 pagesUpload your study docs or become a to read all 17 pages?Previewing 5 of 17 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 17 pages?Upload your study docs or become a member. Denganmakalah ini kita dapat mengetahui sejarah singkat perkembangan dan kemajuan Islam di masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq yang meneruskan perjuanagan dakwah Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Dengan demikian kita dapat mengetahui kedudukan dan derajat para sahabat Nabi Muhammad SAW A. Kehidupan Abu Bakar
Jakarta - Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama lengkap Abdullah bin Utsman Abu Qahafah bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'd bin Tamim bin Murrah bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Tamimi al-Quraisyi dan lahir di Mekkah pada tahun 572 memeluk Islam, Abu Bakar dikenal dengan nama Abdul Ka'bah, kemudian diganti dengan Abdullah setelah masuk dari buku yang ditulis oleh Salih Suruc, dalam catatan sejarah, ada kemungkinan semasa kecilnya, Abu Bakar dan Rasulullah SAW sempat tinggal bersamaan di dataran tinggi Bani Saad selama 1 hingga 2 tahun. Hal inilah yang melahirkan persahabatan dan kedekatan di antara Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung selama 2 tahun 3 bulan, seperti yang dikutip dari Buku Kisah Hidup Abu Bakar al-Shiddiq. Ia adalah seorang khalifah pertama dan menjadi satu-satunya yang disebut sahabat Rasulullah oleh Allah "Sang Sahabat" termaktub dalam firman Allah QS. At-Taubah ayat 40إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌArtinya Jika kau tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya yaitu ketika orang-orang kafir musyrikin Mekkah mengeluarkannya dari Mekkah sedang ia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."Ahli tafsir sepakat bahwa kata 'sahabat' tersebut ditujukan pada Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menemani Rasulullah SAW di gua dalam perjalanan hijrah ke kota ucapan dan tingkah lakunya yang menggambarkan kejujuran, semasa hidup, Abu Bakar pun selalu mengakui dan membenarkan Rasul saat diangkat menjadi nabi. Oleh karena itu, ia menyandang gelar yang hingga saat ini selalu mengikuti namanya, Ash-Shiddiq yang berarti jujur dan pada suatu hari di Mekkah, Abu Bakar dipukuli dan dikeroyok oleh kaum musyrik hingga membuatnya berlumuran darah dan terkapar tak berdaya. Ia pun dipindahkan ke rumahnya oleh salah seorang Banu harinya, Abu Bakar sadar dari pingsannya. Namun, hal pertama yang ia tanyakan pada orang-orang sekitarnya adalah"Apa yang sedang dilakukan Rasulullah SAW?"Tidak ada yang menjawab hingga seseorang menemui ibunya, Ummu al-Khair. Bahkan ibunya tertegun melihat kondisi putranya. Namun, Abu Bakar kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada bibi Rasulullah, Ummu Jamil menemuinya dan mengabarkan bahwa Rasul dalam keadaan sehat walafiat. Abu Bakar pun kembali bertanya"Di manakah Beliau saat ini?""Di rumah Ibn Abi al-Arqam," jawab Ummu halaman selanjutnya
islamsetelah Abu Bakar As Siddiq.9 Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar secara diam-diam melakukan tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat mengenai pribadi yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar ibn al-Khaththab.10 Khalifah kedua itu dinobatkan

Jakarta - Hari ini 1428 tahun lalu dalam kalender Islam, tepatnya 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah, khalifah Abu Bakar As Siddiq meninggal dunia. Kepergian khalifah yang lemah lembut itu meninggalkan duka mendalam bagi para sahabat. Dia meningglakan banyak teladan. Sebelum masuk Islam dan menjadi khalifah pertama, Abu Bakar As Siddiq adalah saudagar sukses. Setelah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-NYA, Muhammad SAW, dia rela membelanjakan seluruh hartanya demi syiar dari Oxford Bibliographies, Abu Bakar As Siddiq lahir pada 573 dan wafat pada 634 Masehi atau 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah. Dia dikuburkan di rumah Aisyah di samping makam Rasulullah SAW yang kini menjadi bagian dari Masjid Nabawi, Madinah. Ciri fisik Abu Bakar kerap dilukiskan bertubuh langsing cenderung kurus, berbahu sempit, dan berjanggut Bakar lebih muda tiga tahun dan menjadi teman terdekat nabi Muhammad SAW selama menjalankan tugas sebagai utusan Allah SWT. Nabi menyaksikan keunggulan sifat Abu Bakar As Siddiq yang selalu mengkhawatirkan keselamatannya, seperti yang diceritakan dalam Al-Qur'an surat At-Taubah Ayat تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌArab latin Illā tanṣurụhu fa qad naṣarahullāhu iż akhrajahullażīna kafarụ ṡāniyaṡnaini iż humā fil-gāri iż yaqụlu liṣāḥibihī lā taḥzan innallāha ma'anā, fa anzalallāhu sakīnatahụ 'alaihi wa ayyadahụ bijunụdil lam tarauhā wa ja'ala kalimatallażīna kafarus-suflā, wa kalimatullāhi hiyal-'ulyā, wallāhu 'azīzun ḥakīmArtinya Jikalau kamu tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya yaitu ketika orang-orang kafir musyrikin Mekah mengeluarkannya dari Mekah sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada Muhammad dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bakar, yang wafat di umur 63 tahun, sang ayah adalah Uthman abu Quhafah sedangkan ibunya bernama Salma Umm al-Khair. Sejak muda, Abu Bakar adalah saudagar sukses yang kaya dan dihormati warga Quraisy. Abu Bakar berdagang hingga Yaman dan dikenal dengan sifatnya yang ramah dan baik sudah menerima kebenaran wahyu dari Allah SWT yang dibawa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar tak segan menghabiskan seluruh hartanya untuk sedekah, membebaskan budak, dan membantu penyebaran Islam. Istri Abu Bakar adalah Zaynab yang dengannya dia memiliki enam orang anak yaitu Aisha, Abdullah, Asma, Abd Al-Rahman, Umm Kulthum, dan Abu Bakar sebagai As Siddiq diberikan Nabi Muhammad SAW karena karakternya yang jujur. Peran penting Abu Bakar tak hanya saat menemani Nabi Muhammad SAW berhijrah, yang makin besar saat Rasulullah berada di penghujung hidupnya. Rasulullah SAW menunjuknya sebagai pemimpin sholat bersama muslim lainnya seperti dinarasikan أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَبَا بَكْرٍ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فِي مَرَضِهِ فَكَانَ يُصَلِّي بِهِمْ فَوَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ خِفَّةً فَخَرَجَ وَإِذَا أَبُو بَكْرٍ يَؤُمُّ النَّاسَ فَلَمَّا رَآهُ أَبُو بَكْرٍ اسْتَأْخَرَ فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَىْ كَمَا أَنْتَ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ حِذَاءَ أَبِي بَكْرٍ إِلَى جَنْبِهِ فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ أَبِي بَكْرٍArtinya "Rasulullah SAW memerintahkan Abu Bakar memimpin sholat saat dia sedang sakit dan Abu Bakar melakukan perintah tersebut. Kemudian Rasulullah SAW merasa lebih baik, lalu dia keluar, dan melihat Abu Bakar memimpin sholat. Ketika Abu Bakar melihat Rasulullah SAW, dia mundur, namun Rasulullah SAW menunjukkan gestur supaya tetap di tempatnya. Kemudian Rasulullah SAW berada di samping Abu Bakar. Abu Bakar mengikui sholatnya Rasulullah, dan yang lain mengikuti sholatnya Abu Bakar."Pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama pada 8 Juni 632 Masehi menyelesaikan satu momen penting dalam sejarah Islam. Selepas wafatnya Nabi Muhammad SAW, kaum Muhajirin dan Anshar nyaris terpecah karena ingin pihaknya ditunjuk sebagai pemimpin Islam. Seperti ditulis dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah atau Tarikh Ibnu Katsir, Abu Bakar tidak lantas berbesar hati dengan amanah tersebut."Saya terpilih bukan karena yang terbaik di antara kamu semua. Jika aku menyelesaikan pekerjaanku dengan baik maka ikutilah dan tolong saya. Namun jika saya menyimpang dari jalan yang benar hingga korupsi maka bawalah saya ke jalan yang benar," ujar Abu Abu Bakar yang utama selama kepemimpinannya adalah memerangi nabi palsu dalam Perang Ridda. Dia sedikitnya memerangi empat nabi palsu beserta kelompoknya. Mereka adalah Bani Asad ibn Khuzaymah yang dipimpin Tulayha ibn Khuwaylid, Bani Hanifah denhan pemimpin Musaylimah, Bani Taghlib dan Bani Tamim dengan pimpinan Sajah, serta Al-Ansi dipimpin Al-Aswad Bakarselalu mengingatkan firman Allah SWT dalam Ali Imron ayat 144. Ayat tersebut menegaskan sebagai utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW akan wafat sama seperti pendahulunya. Namun wafatnya Nabi tak mengindikasikan Islam berakhir atau ada utusan Allah SWT yang baruوَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَArab latin Wa mā muḥammadun illā rasụl, qad khalat ming qablihir-rusul, a fa im māta au qutilangqalabtum 'alā a'qābikum, wa may yangqalib 'alā 'aqibaihi fa lay yaḍurrallāha syai`ā, wa sayajzillāhusy-syākirīnArtinya Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang murtad? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang masa kepemimpinannya, Abu Bakar juga mulai mengumpulkan lembaran Al-Qur'an yang kelak menjadi satu mushaf lengkap di masa khalifah Utsman bin Affan. Kisah singkat Abu Bakar As Siddiq menunjukkan individu yang punya dan selalu memelihara karakter baik dan berusaha semaksimal mungkin menjalankan amanah. Ringkasan kisah Abu Bakar As Siddiq semoga bisa memberi motivasi untuk selalu jujur dan baik hati. erd/erd

AbuBakar Shiddiq adalah anak Abn Quhafah, khalifah pertama dari rangkaian al-Khulafa' al-Rasyidin, memerintah pada 632-634 (11-13 H). Dia termasuk orang Gelarnya adalah al-Siddiq, karena ia amat segera membenarkan Rasulullah dalam berbagai peristiwa, terutama peristiwa Isra' dan Mi'raj (Hasan, 1979: 205).
Sejarah dan Biografi Abu Bakar As-Siddiq Sejarah dan Biografi Singkat Abu Bakar As-Siddiq Khalifa Khulafaur Rasyidin yang Pertama. Abu Bakar ash-Shiddiq ialah sahabat Nabi yang paling awal masuk Islam. Ia dikenal sebagai khalifa pertama yang melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin ummat islam. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW beliau menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Dan ia adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk. Asal Usul Abu Bakar As_shiddiq Abu Bakar Ash-Siddiq nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Ustman bin Amr bin Masud Taim bin Murrah bin ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taiman Al-Quraisy. Dilahirkan pada tahun 573 M. Ayahnya bernama Ustman Abu Kuhafah bin Amir bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, yang mana berasal dari suku Quraisy. Sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salamah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya ketemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad. Dimasa jahiliyyah barnama Abdul Ka’ab, lalu ditukar oleh nabi menjadi Abdullah Kuniyyahnya Abu Bakar. Beliau diberi kuniyah Abu Bakar pemagi kerena dipagi-pagi betul beliau telah masuk Islam. Gelarnya Ash-Siddiq yang membenarkan. Beliau di beri gelar ash-siddiq karena ketika terjadi peristiwa Isro’ dan Mi’roj, beliaulah termasuk orang pertama yang percaya dengan peristiwa itu. Sejak kecil, Abu Bakar dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur dan lembut. Ia menjadi sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih usia remaja. Karena sifatnya yang mulia itu, ia banyak disenangi dan disegani oleh masyarakat sekitar, juga lawan maupun kawan saat memperjuangkan mudanya itulah masyhur budinya yang tinggi perangainya yang terpuji. Dia mampu, sanggup menyediakan segala keperluan rumah tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum Rasulullah diutus, persahabatan merekan telah karib juga. Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi, maka Abu Bakar-lah laki-laki dewasa yang mula-mula sekali menyatakan iman. Rasulullah paling sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, karena dia adalah sahabat yang setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya musyawarat diwaktu perjuangan dengan kaum quraisy sangat hebatnya. Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan kekuatan, kemauan, kekerasan hati, pema’af tetapi rendah hati, dermawan dan berani bertindak lagi cerdik. Secara universal, sesungguhnya prototipe Abu Bakar mungkin dapat digolongkan sebagai pejuang Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas, tak pandang bulu. Seperti dikutip Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim Terkemuka, Abu Bakar tak pernah absen dalam setiap pertempuran menegakkan kebenaran dan menumpas penindasan. Abu Bakar sahabat dekat Muhammad, orang yang paling setia dan yang paling banyak mengikuti ajaran-ajarannya. Di samping itu ia memang orang yang sangat ramah dan lembut hati, dan karena dia jugalah puluhan dan ratusanribu Muslimin tersebar ke segenap penjuru, juga dengan segala kelembutannya itu dia diangkat sebagai khalifah. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya.” Sebagai pemimpin, kedermawanan dan solidaritas kemanusiaannya terhadap sesama tak diragukan lagi. Ketika Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, kekayaannya mencapai dirham, nilai yang sangat besar saat itu. Kekayaan itu seluruhnya didedikasikan bagi perjuangan Islam. Soal ini, sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zeidan, punya komentar menarik. Katanya, “Zaman khalifah-khalifah yang alim adalah merupakan keemasan Islam. Khalifah-khalifah itu terkenal karena kesederhanaan, kejujuran, kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki dirham, jumlah yang sangat besar waktu itu, akan tetapi ia habiskan semua, termasuk uang yang diperolehnya dari perdagangan demi memajukan agama Islam. Di kalangan kaumnya dikenal dengan al-Atiq. Konon ceritanya Rasulullah pernah berkata; “Kamu adalah hamba Allah yang dijauhkan Atiq dari api neraka”. Maka sejak itulah terkenal di kalangan sahabat dengan sebutan al-Atiq. Pendapat lain mengatakan karena wajahnya yang ganteng. Pendapat lain karena banyak memerdekakan budak muslim seperti Bilal. Pendapat lain karena tidak ada cacat dalam nasabnya. Sumber-sumber yang sampai kepada kita mengenai masa kecil Abu Bakr tidak banyak membantu untuk mengenai pribadinya dalam situasi kehidupan saat itu. Cerita sekitar masa anak-anak dan remajanya tidak juga memuaskan. Apa yang diceritakan tentang kedua orangtuanya tidak lebih daripada sekedar menyebut nama saja. Setelah Abu Bakr menjadi tokoh sebagai Muslim yang penting, baru nama ayahnya disebut-sebut. Ada pengaruh Abu Bakr dalam kehidupan ayahnya, namun pengaruh ayahnya dalam kehidupan Abu Bakr tidak ada. Tetapi yang menjadi perhatian kalangan sejarawan waktu itu justru yang menyangkut kabilahnya serta kedudukannya di tengah-tengah masyarakat Kuraisy. Tak bedanya mereka itu dalam hal ini dengan sejarah Arab umumnya. Dengan melihat pertaliannya kepada salah satu kabilah,1 1 Kabilah atau suku merupakan susunan masyarakat Arab yang berasal dari satu moyang, lebih kecil dari sya’b dan lebih besar dari imarah, kemudian berturut-turut batn, imarah dan fakhz. — Pnj. sudah cukup untuk mengetahui watak dan akhlak mereka. Adakalanya yang demikian ini baik, dan kadang juga mereka yang percaya pada prinsip keturunan itu berguna untuk menentukan kecenderungan mereka, kendati yang lain menganggap penilaian demikian sudah berlebihan, dan ini yang membuat mereka tidak cermat dalarn meneliti. Abu Bakr dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan tersendiri, yakni ada tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Ka’bah. Untuk Banu Abd Manaf tugasnya siqayah dan rifadah, untuk Banu Abdid-Dar, liwa’, hijabah dan nadwah, yang sudah berjalan sejak sebelum Hasyim kakek Nabi lahir. Sedang pimpinan tentara di pegang oleh Banu Makhzum, nenek moyang Khalid bin Walid, dan Banu Taim bin Murrah menyusun masalah diat tebusan darah dan segala macam ganti rugi. Pada zaman jahiliah masalah penebusan darah ini di tangan Abu Bakr tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga yang memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu tebusan dan ia meminta bantuan Kuraisy, mereka pun percaya dan mau memberikan tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang memintanya. Para penulis biografi Abu Bakr itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah saya sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orangtuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai pada apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah bin Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma bint Sakhr bin Amir. Disebutkan juga, bahwa sebelum Islam ia bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam oleh Rasulullah ia dipanggil Abdullah. Ada juga yang mengatakan bahwa tadinya ia bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakr hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq, seolah ia telah dibebaskan dari maut. Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai mengapa Abu Bakr diberi nama Atiq ia menjawab Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakr datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata Barang siapa ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini. Mengenai gelar Abu Bakr yang dibawanya dalam hidup sehari-hari sumber-sumber itu tidak menyebutkan alasannya, meskipun penulis-penulis kemudian ada yang menyimpulkan bahwa dijuluki begitu karena ia orang paling dini Bakr berarti dini A. — Pnj.dalam Islam dibanding dengan yang lain. Sekalipun Abu Bakar As-shiqqid menjabat Kepala Negara dari sebuah kekuasaan yang tengah berkembang dengan pesat, dan para Panglimanya telah berdiam pada kastel-kastel megah di lembah Mesopotamia dan begitupun para oejabat dalam wilayah Yaman dan Hadhramaut dan Mahra dan Oman dan Bahrain; akan tetapi Khalif AbuBakar sendiri tetap tinggal dalam rumah biasa di Madinah-al-Munawwarah, hidup sebagai rakyt biasa, menjabat Imam pada setiap Shalat di dalam Masjid Nabawi. Pendaharaan negara yang melimpah-limpah dari hasil seperlima al-Khumus harta rampasan perang itu, yang dipanggilkan dengan Bait-al-Mal itu, kecuali dibagi-bagikan kepada kaum melarat Fuqarak wal Masakin, maka bagian terbesar digunakan begi membiayai perang. Sejarah mencatat, bahwa selama masa pemerintahannya yang dua tahun tiga bulan itu, ia cuma mengeluarkan dirham dari Bait-al-Mal itu bagi keperluan keluarganya. Hal itu dapat diketahui karena setiap penerimaan dan pengeluaran dari Bait-al-Mal itu dicatat oleh tokoh-tokoh yang dipanggil Al Umarak, yakni tokoh-tokoh yang terpandang jujur, dan menurut istilah sekarang ini ialah Bendaharawan. Sewaktu masih berada di Mekkah, sebelum kedatangan Islam, ia terpandang sudagar yang kayaraya dan sering memimpin kalifah dagangnya ke Utara maupun ke Selatan, seperti juga halnya dengan pembesar-pembesar Quraisy. Setelah beriman dengan Nabi Besar Muhammad, iapun menyumbangkan harta kekayaannya itu bagi dakwah Islam. Sikap hidupnya yang menimbulkan hormat dan takzim siapapun terhadapnya. Silsilah kekeluargaan Nama lengkap Abu Bakar ialah Abdullah bin Utsman bin Amir bi Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi pada kakeknya yaitu Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, dan ibu dari abu Bakar ialah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Bakar adalah ayah dari Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW. Nama sebelum masuk islam ialah Abdul Ka’bah yang berarti hamba Ka’bah’. Setelah masuk islam namanya diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah yang berarti hamba Allah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga memberinya gelar Ash-Shiddiq yang berati yang berkata benar’ setelah beliau membenarkan dan meyakini peristiwa Isra Mi’raj yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya. dari situlah ial lebih dikenal dengan sebutan “Abu Bakar ash-Shiddiq”. Abu Bakar ash-Shiddiq ialah keturunan Bani Taim, sub-suku bangsa Quraisy. Dan menururt beberapa catatan sejarawan Islam ia merupakan seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, juga dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan/menerjemahkan mimpi. Wafat Abu Bakar As-Siddiq Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, yaitu di samping makam Nabi Muhammad SAW. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian Munasabah beserta Fungsi dan Bentuknya Masa mengenal Nabi dan memeluk islam Saat Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bertetangga dengan Abu Bakar. Dari situlah mereka saling berkenalan. Usia mereka berdua juga sama dan sama-sama seorang pedagang dan ahli berdagang. Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam oleh ajakan nabi. Dan setelah itu ia meneruskan dakwah islaminya kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas dan juga beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya. Namun istri beliau adalah Qutaylah binti Abdul Uzza dan anaknya Abd Rahman bin Abu Bakar enggan memeluk Islam sehingga Abu Bakar menceraikannya dan berpisah dengan anaknya. Akan tetapi istrinya yang lain, Ummu Ruman, menjadi Muslimah. Saat Nabi Muhammad hijrah ke Madinah 622 M, Abu Bakar merupakan satu-satunya orang yang menemaninya. Setelah beberapa saat Hijra, Nabi Muhammad SAW menikahi anak Abu Bakar, sehingga ikatan kekeluargaannya makin erat. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian dan Tujuan Akhlak kepada Allah dan Makhluk Persahabatannya dengan Rasul SAW Abu Bakr tinggal di Mekkah,di kampung yang sama dengan Khadijah bint Khuwailid,tempat saudagar-saudagar terkemuka yang membawa perdagangan dalam perjalanan musim dingin dan musim panas ke Syam dan ke Yaman. Karena bertempat tinggal di kampung itu, itulah yang membuat hubungannya dengan Muhammad begitu akrab setelah Muhammad kawin dengan Khadijah dan kemudian tinggal sekali kemungkinan,persamaan bidang usaha serta ketenangan jiwa dan perangainya,di samping ketidaksenangannya pada kebiasaan-kebiasaan Quraisy-dalam kepercayaan dan adat, mungkin itulah yang berpengaruh dalam persahabatan Muhammad dengan Abu Bakr. Tatkala Muhammad menerangkan kepadanya tentang tauhid dan dia diajaknya lalu menerimanya,dan tatkala Muhammad menceritakan kepadanya mengenai gua Hira dan wahyu yang diterimanya,ia mempercayainya tanpa Bakr adalah salah seorang pemikir Mekkah yang memandang penyembahan berhala itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka. Ia sudah mengenal benar Muhammad akan kejujurannya, kelurusan hatinya, serta kejernihan pikirannya. Semua itu tidak memberi peluang dalam hatinya merasa ragu,apa yang telah diceritakan kepadanya,dilihatnya,dan didengarnya. Abu Bakr selalu bersama-sama dengan Muhammad dalam melakukan dakwah demi agama Allah. Keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya,besar pengaruhnya terhadap Muslimin yang mula-mula masuk mengikuti jejak Abu Bakr menerima Islam ialah Usman bin Affan,Abdurrahman bin Auf,Talhah bin Ubaidillah,Sa’d bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Saesudah mereka yang kemudian menyusul masuk Islam atas ajakan Abu Bakr ialah Abu Ubaidah bin Jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk Mekkah. Usaha Abu Bakr melakukan dakwah Islam patut dikagumi. Dengan menyatakan terang-terangan keislamannya itu,lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad dan mengikuti ajaran agamanya,inilah yang belum pernah dilakukan oleh orang; kecuali mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya,yang sudah sampai pada tingkat membela kebenaran demi kebenaran. Orang demikian ini sudah berada di atas kepentingan hidup pribadinya sehari-hari. Dalam membela agama, dalam berdakwah untuk agama, segala kebesaran dan kemewahan hidup duniawi dianggapnya kecil belaka Abu Bakr sendiri pun tidak bebas dari gangguan Quraisy. Sama halnya dengan Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu. Setiap Abu Bakr melihat Muhammad diganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Iman yang mengisi jiwa Abu Bakr telah mempertahankan Islam,sementara yang lain banyak yang meninggalkannya tatkala Rasulullah berbicara kepada mereka mengenai peristiwa Isra’. Namun Abu Bakr dengan mantap membenarkan semua cerita Rasulullah tentang peristiwa Isra dan Mi’raj. Dan mulai sejak itu,Rasulullah memanggil Abu Bakr dengan “as-Siddiq”,yang berarti orang yang selalu membenarkan. Sementara Quraisy begitu keras mengganggu Nabi dan Abu Bakr serta kaum Muslimin yang lain,belum terlintas dalam pikiran Abu Bakr akan hijrah ke Abisinia bersama-sama kaum Muslimin yang lain yang mau tetap bertahan dengan agama mereka. Malah ia tetap tinggal di Mekkah bersama Muhammad SAW, berjuang mati-matian demi dakwah di jalan Allah sambil belajar tentang segala yang diwahyukan Allah kepada Nabi untuk disiarkan kepada umat manusia. Dan dengan segala senang hati disertai sifatnya yang lemah lembut, semua harta pribadinya dikorbankannya demi kebaikan mereka yang sudah masuk Islam dan demi mereka yang diharapkan mendapat petunjuk Allah bagi yang belum masuk Islam. Kaum Muslimin di Mekkah ketika itu memang sangant memerlukan perjuangan serupa itu,memerlukan sekali perhatian Abu Bakr. Abu Bakr pulalah yang mendampingi Nabi dalam perjalanan hijrah ke Madinah setelah adanya perintah dari menghindari kejaran kaum Quraisy, mereka bersembunyi di Gua dari Hasan bin Abil-Hasan al-Basri,Ibn Hisyam menuturkan “ketika malam itu Rasulullah SAW dan Abu Bakr memasuki gua, Abu Bakr masuk lebih dulu sebelum Rasulullah SAW sambil meraba-raba gua itu untuk mengetahui kalau-kalau di tempat itu ada binatang buas atau ular. Ia mau melindungi Rasulullah SAW dengan dirinya. Dalam peperangan Badar, Abu Bakr tetap di samping penuh iman ia percaya Allah pasti akan menolong agama-Nya,dan dengan hati penuh kepercayaan akan datangnya pertolongan itu. Dalam semua peristiwa dan kegiatan Abu Bakr lebih banyak mendampingi yang paling kuat kepercayaannya pada ajaran Nabi. Para ulama berkata Abu Bakar menemani Rasulullah dari sejak dia masuk Islam hingga meninggal. Dia tidak pernah berpisah dengan Rasulullah baik saat berada di tempat ataupun saat dia berada dalam pada hal yang Rasulullah izinkan dia untuk keluar,baik untuk melakukan haji atau ikut dalam peperangan. Dia mengikuti semua peristiwa perang,hijrah bersama Rasulullah dan tinggalkan anak dan keluarganya sebagai ungkapan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia adalah orang yang menemani Rasulullah saat berada di dalam gua. Dalam detik-detik akhir hayat Rasulullah SAW,beliau meminta semua pintu mesjid ditutup kecuali pintu yang ke tempat Abu katanya sambil menunjuk kepada Abu Bakr”Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalilteman maka Abu Bakr-lah khalil-ku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman,sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya.” Demikianlah keadaan Abu Bakr dalam persahabatannya dengan Muhammad, sejak ia memeluk Islam,hingga Rasulullah berpulang ke sisi Allah SWT Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Rukun Iman Yang Wajib Diketahui Umat Islam Terpilihnya Abu Bakar Sebagai Khalifah Wafatnya Rasulullah saw Rasulullah telah wafat pada 12 Rabiulawal tahun 11 Hijri 3 Juni 632 M. Subuh hari itu Rasulullah saw merasa sudah sembuh dari sakitnya. Beliau keluar dari rumah Aisyah ke mesjiddan sempat berbicara dengan kaum mislimin. Usamah bin Zaaid dipanggil dan diperintahkan berangkat untuk menghadapi Rumawi. Setelah tersiar berita bahwa Rasulullah telah wafat tak lama setelah duduk-duduk dan berbicara dengan mereka, mereka sangat terkejut sekali. Umar bin Khattab yang berad ditengah-tengah mereka berdiri dan berpidato, membantah berita itu. Ia mengatakan bahwa Rsulullah tidak meninggal. Umar terus mengancam oaring-orang yang mengatakan bahwa rasulullah saw telah wafat. Dikatakannya bahwa Rsulullah saw akan kembali kepada mereka dan akan memotong tangan dan kaki mereka. Peranan Abu Bakar ketika Nabi Abu Bakar sudah pulang ke rumahnya di Sunh di pinggiran kota Medinah setelah Nabi saw kembali dari mesjid ke rumah Aisyah. Sesuadah tersiar wafatnya Rasulullah saw orang menyusul Abu Bakar menyampaikan berita sedih itu. Abu bakar segera kembali. Ia melihat Muslimin dan Umar yang sedang berpidato. Ia tidak berhenti tetapi terus menuju ke rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi saw di salah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubingi kain. Ia maju meneyikap kain itu dari wajah nabi lalu menciumnya dan katanya “alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan langkah sedapnya sewaktu engkau wafat.” Ia keluar lagi menemui orang banyak lalu berkata kepada mereka “saudara-saudara! Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi braang siapa menyembah Allah, Allah hidup selalu, tak pernah mati.” Selanjutnya ia membacakan firman Allah yang artinya Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang murtad? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar pun jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa Rasulullah telah wafat. Orang semua terdiam mendengar dan melihat kenyataan itu. Setelah sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak tahu apa yang hendak mereka perbuat. Kekuatan Jiwa dan Pandangannya yang Jauh Ke Hari Depan Kata-kata yang diucapkannya serta ayat Qur’an yang dibacakannya untuk meyakinkan orang, menunjukkan adanya suatu kekuatan dalam dirinya dalam menghadapi kenyataan. Ini yang menyebabkannya tidak sampai jatuh kebingungan dalam menerimaberita yang menyedihkan seperti berpulangnya Rasulullah. Kekuatan jiwanya itu ditambah lagi oleh suatu sifat lain yang lebih lagi memperlihatkan keagungan dan kehebatannya, yaitu pandangannya yang jauh ke depan. Kedua sifat ini sungguh sangat mengagumkan, sebab adanya justru pada orang yang begitu lemah lembut, begitu menjunjung tinggi dan begitu besar kecintaannya kepada Muhammad, melebihi cintanya pada kehidupan dunia ini dengan segala isinya. Kekuatan jiwa yang besar inilah yang menjadi pegangan Abu Bakar pada detik-detik yang sangat menentukan dan pelik. Saat kesedihan dan duka yang sedang menimpa kaum Muslimin. Pada saat itulah Islam dan umat Islam terhindar dari bencana besar, yang kalau tidak karenanya mereka akan terjerumus ke dalam bahaya. Sebagai akibatnya, hanya Allah yang tahu, apa yang akan menimpa mereka dan menimpa generasi berikutnya Bai’at As Saqifah Rasulullah tidak meninggalkan pesan kepada seorang pun juga dari para sahabatnya tentang siapa yang menjadi pemimpin atau memimpin kaum Muslimin sepeninggalnya. Beliau membiarkan masalah kepemimpinan kaum Muslimin berdasarkan hasil musyawarah di antara mereka sendiri. Ketika berita wafat Rasulullah tersiar, berkumpullah kaum Anshar di rumah Bani Sa’idah di Madinah. Mereka bermaksud hendak membai’at seseorang dari kaum Anshar, yakni Sa’d bin Ubadah seorang pemimpin kaum Khazraj, untuk menjabat khalifah. Kemudian sekelompok kaum Muhajirin mendatangi mereka. Dalam pertemuan ini hampir saja terjadi sengketa sengit di antara kelompok Anshar dan Muhajirin. Kalau saja Abu Bakar tidak bangkit untuk berpidato seraya mengemukakan argumentasi kepada mereka bahwa urusan khalifah adalah hak kaum Quraisy dan permasalahan bangsa Arab tidak akan berjalan dengan mulus kecuali bila kepemimpinan di jabat oleh orang-orang Quraisy, niscaya sengketa di antara dua kelompok tersebut akan berubah kerusuhan. Dalam pidato tersebut Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar bahwa bila kepemimpinan ini dijabat oleh orang dari suku Aus, niscaya orang-orang Khazraj akan bersaing; dan sebaliknya bila kepemimpinan ini dijabat oleh orang dari suku Khazraj, niscaya orang-orang Aus akan bersaing. Ketika kaum Anshar teringat atas persaingan dan permusuhan yang terjadi di antara mereka pada zaman Jahiliah dahulu, lalu mereka sadar dan mau menerima pendapat Abu Bakar. Perdebatan yang terjadi pada Bai’at Saqifah Inilah pidato Abu Bakar yang pertama kapada Ansar untuk mendamaikan “…Orang-orang Arab itu berat sekali untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka. Kaum Muhajirin yang mula-mula dari masyarakat Nabi sendiri telah mendapat karunia Allah, mereka percaya kepadanya, beriman kepadanya,senasib seperjuangan dengan menanggung segala macam penderitaan, yang datangnya justru dari masyarakat mereka sendiri. Mereka didustakan, ditolak dan dimusuhi. Mereka tak merasa gentar, meskipun jumlah mereka kecil, menghadapi kebencian dan permusuhan lawan yang begitu besar. Mereka itulah yang telah lebi dulu menyembah Allah di muka bumi, beriman kepada Allah dan kepada itu termasuk sahabat-sahabatnya dan keluarganya. Sepeninggal Nabi, merekalah orang yang paling berhak memegang pimpinan ini. Tak ada orang yang akan menentangkecuali orang yang zalim. “Dan kalian, saudara-saudara Ansar! Siapa yang kan membantah jasa kalian dalam agama serta sambutanmu yang mula-mula, yang begitubesar artinya dalm Islam. Allah telah memilih kamu sebagai pembela ansar agam dan Rasul-Nya. Ke tempat kalian inilah ia hijrah dan dari kalangan kalian ini pula sebagian besar istri-istri dan sahabat-sahabatnya. Posisi itu hanya ada pada kamu sekalian setelah kami. Karena itu, maka kamilah para amir dan Tuan-tuan para tak akan meninggalkan tuan-tuan dalam musyawarah dan tak akan memutuskan sesuatu tanpa Tuan-tuan Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah Nabi Ibrahim Yang Wajib Anda Tahu Ayok Sinau Masa wafat Nabi Muhammad SAW dan diangkatnya Abu Bakar menjadi Khalifa pertama Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan sesudah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi SAW ini. Setelah meninggalnya Nabi, dilakukanlah musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, dan akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Sejarah dan Teori Masuknya Islam Ke Indonesia Perang Ridda Masa kepemimpinan Abu Bakar terjadi beberapa masalah yang mengancam persatuan diantara umat Islam pada saat itu. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed enggan kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak untuk membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara keseluruhan. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yaitu penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya mempunyai komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan tersebut Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan terbesar ialah memerangi “Ibnu Habib al-Hanafi” yang lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab atau Musailamah si pembohong, yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru penggnti Nabi Muhammad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh oleh Al Wahsyi, ialah seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan masuk Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berkata, yaitu “Dahulu aku membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah Hamzah dan kini aku telah membunuh orang yang sangat dibenci oleh rasulullah yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab.” Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan 5 Rukun Islam Beserta Penjelasannya Penyusunan kitab suci Al Qur’an Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur’an. Setelah kemenangan yang sangat sulit pada saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur’an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar kemudian meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur’an. Dari situ dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur’an dari para penghafal al-Qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis,misalnya tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan lagi oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. lalu pada masa pemerintahan Usman bin Affan teks teks Al Qur’an tersebut menjadi awal penulisan teks al-Qur’an yang dikenal saat ini. Abubakar menjadi khalifah pertama dalam kerajaan Khulafa al-Rasyidin. Beliau. memerintah selama dua tahun iaitu dari 11 hingga 13 Hijrah atau 632 hingga. 634 Masihi. Perintah pertama yang dikeluarkan sesudah Abu Bakar diangkat. menjadi khalifah ialah mengerahkan dan meneruskan perjalanan tentera. Usamah bin Zaid. 0% found this document useful 0 votes370 views7 pagesDescriptionmakalah islamCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes370 views7 pagesMakalah Pemerintahan Abu Bakar AsJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. YEdYOJp.
  • xt093d54k0.pages.dev/274
  • xt093d54k0.pages.dev/138
  • xt093d54k0.pages.dev/394
  • xt093d54k0.pages.dev/56
  • xt093d54k0.pages.dev/50
  • xt093d54k0.pages.dev/63
  • xt093d54k0.pages.dev/118
  • xt093d54k0.pages.dev/276
  • xt093d54k0.pages.dev/209
  • makalah abu bakar as siddiq