Didalam contoh teks profil tokoh Bahasa Jawa sendiri, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan. Simak beberapa hal tersebut berikut ini. 1. Irah-irahan Pertama adalah irah-irahan atau judul. Sebuah tulisan sudah pasti mempunyai judul. Sebut saja berita, opini dan puisi yang sering terlihat di surat kabar. Pasti mempunyai judul. 2.
Jakarta - Siapa yang tidak mengenal RA Kartini, sosok perempuan penuh inspirasi yang namanya menjadi pahlawan bagi perjuangan perempuan di Indonesia. Lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, RA Kartini menjelma menjadi sosok inisiator emansipasi wanita yang namanya dikenang sepanjang masa. Kartini merupakan sosok yang lahir dalam trah bangsawan. Ia mendapat gelar RA yang merupakan singkatan dari Raden Ajeng. Namun setelah menikah, sesuai dengan tuntunan adat Jawa kepanjangan dari gelar RA tersebut berubah menjadi Raden Ayu. Karena kisah perjuangannya yang fenomenal dan sangat menginspirasi bangsa Indonesia, hari kelahirannya selalu diperingati sebagai “Hari Kartini” setiap 21 April. Peringatan tersebut juga sebagai pengingat terhadap generasi selanjutnya bahwa sosok Kartini yang telah ikut berjuang bagi rakyat Indonesia, terutama kaum wanita agar bisa lebih maju dan bersaing dengan bangsa lainnya patut diteladani dan diteruskan oleh generasi muda. Semangat juangnya terus mengalir sampai kepada generasi saat ini, terutama kaum perempuan. Bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” seolah benar menerangkan bahwa nilai-nilai yang dipegang teguh Kartini membawa kebaharuan ilmu pengetahuan untuk perkembangan zaman. Seperti pada rasa ingin tahunya yang tinggi membuat adanya titik cerah umat Islam di tanah Jawa dapat belajar makna dari kitab suci Alquran. Pada zaman Kartini, Alquran belum seperti sekarang yang telah dapat diterjemahkan dan tersebar secara massal di Tanah Air. Kala itu, tak banyak orang yang paham akan makna ayat-ayat dalam kitab suci umat islam tersebut. Hal itu menimbulkan kegelisahan batin seorang perempuan priyayi Jawa, RA Kartini. Saksikan Video Pilihan di Bawah IniYuk, simak fakta seputar Kartini yang perlu kamu ketahui di video ini!Miliki Rasa Penasaran, Curhat pada Sahabat PenaIbu RA Kartini diyakini meninggal akibat penyakit Preeklampsia. Apa itu ya?RA Kartini memang dikenal sebagai perempuan yang kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dia dilahirkan di keluarga ningrat yang memegang kukuh tata nilai adat Jawa. Sang ayah, RM Sosroningrat adalah Bupati Jepara yang terhormat. Sementara ibunya, Ngasirah, berasal dari masyarakat biasa. Dalam tata nilai adat Jawa, rasa penasarannya itu adalah bukan hal yang lumrah, terlebih Kartini adalah seorang perempuan. Perempuan yang kini bergelar pahlawan nasional itu makin gelisah lantaran para ulama pada zamannya melarang umat Islam untuk mendiskusikan perkara agama dengan non-muslim. Namun, yang bisa dilakukannya kala itu hanyalah menuliskan curahan hati kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Salah satunya tercatat dalam surat bertanggal 6 November 1899 yang dikutip dari buku bertajuk Habis Gelap Terbitlah Terang. "Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?" tulis Kartini dalam suratnya, seperti kutip. "Alquran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca. Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghapal bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?" tulis RA Kartini kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Meski sudah mencurahkan isi hatinya kepada Stella, kegelisahan Kartini atas keputusan ulama yang melarang penerjemahan Alquran tetap berlanjut sampai beberapa tahun kemudian. Sampai kartini mengirim surat kepada istri Direktur Pendidikan Agama dan Industri Hindia Belanda Nyonya Abendanon. Dalam surat tertanggal 15 Agustus 1902 dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang itu, Kartini menuliskan, tak mau lagi mempelajari Alquran. "Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghapal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya," tulis dia. "Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya," kata Kartini. Kisah Berpikir Kritisnya Kartini dan Bertemu Ulama MasyhurHari Pahlawan - RA Kartini yang selama ini terpendam dalam pikiran Kartini kini menemui muaranya. Dia dipertemukan dengan seorang ulama bernama Kiai Sholeh Darat. Alkisah, keduanya bertemu dalam pengajian di rumah Bupati Demak yakni Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga paman Kartini. Dengan seksama Kartini memperhatikan ketika Kiai Sholeh memberikan penjelasan terhadap tafsir surat Al Fatihah, yang merupakan surat pembuka dalam kitab suci Alquran. Mendengar penjelasan tersebut hati Kartini tergetar setelah mengetahui apa yang ia dengar dari Kiai tentang isi dari tafsir yang terkandung dalam surat Al Fatihah. Kisah ini dituturkan oleh cucu dari mendiang Kiai Sholeh, yang bernama Fadhila Sholeh. Fadhilah menjukkan melalui tulisan dalam bentuk selebaran yang terdapat di makam Kiai Sholeh di daerah Semarang. "Kartini memang tak pernah tahu apa arti dan makna dari surat Al Fatihah meski ia sering membacanya. Kartini benar-benar terpukau dan tersedot perhatiannya," tutur Fadhila dalam tulisannya. Kisah ini berlanjut begitu pengajian usai, Kartini segera menemui pamannya. Ia menyampaikan keinginan bertemu Kiai Sholeh untuk berguru. Bahkan Kartini mendesak pamannya untuk menemani dirinya untuk menemui sang ulama. Hal tersebut lantaran keingintahuan Kartini yang begitu besar. Seketika Pamannya menyanggupi dan menuruti untuk mengantar Kartini ke rumah sang Kiai. Pamannya begitu terenyuh melihat Kartini yang begitu besar rasa ingin belajarnya terhadap agama. Mereka berdua akhirnya sampai ke kediaman Kiai dan terjadilah dialog yang menyadarkan sang Ulama terhadap pentingnya terjemahan Al Quran sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh umat islam di Indonesia. "Kiai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?" tutur Kartini membuka dialog dengan Kiai Sholeh Darat setelah berbasa-basi lazimnya orang Sholeh malah balik bertanya, "Mengapa Raden Ajeng mempertanyakan hal ini? Kenapa bertanya demikian?". Kemudian Kartini mengungkapkan kekagumannya terhadap Al Quran dan sekaligus keresahannya yang selama ini tidak sesuai dengan pola pikirnya, "Kiai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku," jawab Kartini. Kartini lalu menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah diberi kesempatan memahami Al Fatihah. Kyai Sholeh tertegun. Kiai kharismatik itu tak kuasa menyela. "Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?" ucap perempuan bangsawan itu. Mengingat kembali perjuangan RA Kartini lewat kata-kata mutiaranya. Sumber MerdekaFadhila menuliskan, mendengar ucapan Kartini, Kiai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali bertasbih, Subhanallah. Perempuan bangsawan itu telah menggugah kesadaran Kiai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar, menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa. Setelah pertemuan itu, Kiai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan itu kemudian diberikannya sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia. Surat yang diterjemahkan Kiai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Terjemahan itu dipelajari Kartini dengan serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikutnya karena Kiai Sholeh meninggal dunia sebelum bisa menyelesaikan terjemahan surat-surat lainnya. Cerita Fadhila tentang pertemuan Kartini dan sang ulama itu dibenarkan oleh cicit Kiai Sholeh, Lukman Hakim Saktiawan. Pria yang karib disapa Gus Lukman itu menyebutkan, Kartini merupakan santri Kiai Sholeh. "Bu Fadhilla Sholeh membuat catatan itu karena peran Kiai Sholeh Darat seakan sengaja dihilangkan dalam proses pendewasaan berpikir Kartini," kata Gus Lukman kepada Gus Lukman menuturkan, tafsir Al Fatihah sang kiai ditulis menjadi kitab berjudul, Faid Ar Rahman. Inilah kitab tafsir Al-Qur’an perdana di Tanah Air yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. "Apa yang ia Kartini tulis dalam Habis Gelap Terbitlah Cahaya Door Duisternis tot Licht itu pasti dipengaruhi oleh guru yang sangat ia hormati selama mengaji Alquran," tutur dia. "Besar kemungkinan, Kartini menemukan susunan kata legendaris tersebut dalam pengajian Faid Ar-Rahman bersama Kiai Sholeh. Sebab kata-kata itu jelas diambil dari Alquran, minazzulumati ilan nur dari kegelapan menuju cahaya QS Ibrahim [14] 1," ucap Gus Lukman. Dinda Permata - Syauyiid Alamsyah* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. RadenAdjeng Kartini membuka sekolah dasar pertama Indonesia bagi perempuan pribumi yang tidak membeda-bedakan berdasarkan status sosial pada tahun 1903. Ia berkorespondensi dengan pejabat kolonial Belanda untuk memajukan emansipasi perempuan Jawa sampai kematiannya, pada 17 September 1904, di Rembang Kabupaten, Jawa. Pada tahun 1911, surat-suratnya diterbitkan.
1 Lahirnya R.A Kartini. Biografi singkat R.A Kartini diawali dari sejak kelahirannya. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Beliau masih merupakan keluarga bangsawan Jawa. Itulah sebabnya gelar Raden Adjeng alias R.A disematkan padanya. Sesuai dengan adat jawa yang masih melekat, gelar bangsawan ini kemudian diganti
Siapasih yang tak kenal dengan sosok pahlawan wanita bernama RA Kartini ini? Berikut biodata lengkap serta sejaran singkatnya. RA Kartini alias Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Hindia Belanda pada tanggal 21 April 1879 silam dan meninggal di Rembang, Hindia Belanda, 17 September 1904 pada usia 25 tahun.. RA Kartini adalah seroang Pahlawan Nasional Indonesia wanita yang berasal dari Jawa dan

Bisadibilang, RA Kartini dikenal karena usaha kerasnya dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Ia mendedikasikan hidupnya untuk melawan diskriminasi terhadap perempuan sekaligus memajukan pemikiran perempuan abad ke-19 saat itu. Perempuan dengan pemilik nama lengkap Raden Adjeng Kartini ini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah.

RadenAdjeng Kartini adalah pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Jepara Hindia Belanda pada tanggal 21 April 1879 dan meninggal di Rembang Hindia Belanda pada tanggal 17 September 1904 pada usia yang masih muda yaitu 25 tahun. Untuk mengunduh File Gunakan tombol download dibawah ini. Biografi Ra Kartini Dalam Bahasa Jawa
Dalamprofil dan biografi RA Kartini disebutkan, wanita ini lahir pada tahun 1879 dan meninggal pada tahun 1904. Wanita ini lahir di Jepara dan meninggal di kota Rembang. Sangat disayangkan jika wanita yang sangat cerdas ini harus meninggal pada usia yang sangat muda yaitu 25 tahun. Pada tahun 1903 Kartini menikah dengan Bupati Rembang.
NnCQvX.
  • xt093d54k0.pages.dev/42
  • xt093d54k0.pages.dev/41
  • xt093d54k0.pages.dev/77
  • xt093d54k0.pages.dev/196
  • xt093d54k0.pages.dev/210
  • xt093d54k0.pages.dev/261
  • xt093d54k0.pages.dev/274
  • xt093d54k0.pages.dev/383
  • xt093d54k0.pages.dev/233
  • profil ra kartini dalam bahasa jawa